BREAKING NEWS
http://www.tokoreang.com/

KESEHATAN

SOFWARE

GADGET

Minggu, 09 September 2012

DARAH DAN SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

a.   Darah
 Darah merupakan jaringan yang berbentuk cair yang terdapat di dalam jantung dan pembuluh darah yang terdiri atas dua komponen, yaitu :
1. Plasma darah, merupakan bagian yang cair.
          2.  Benda-benda darah yang terdiri atas sel-sel darah yaitu sel darah putih (leukosit), sel darah merah (eritrosit), dan sel pembeku darah (trombosit). 
Pada manusia volume darah kira-kira 6 – 7,5 % atau   berat tubuh, mempunyai masa jenis 1,050 – 1,060 dengan PH kira-kira 7,4. 

b       Plasma Darah   
Plasma darah merupakan bagian yang cair dan berjumlah sekitar 55% dari volume darah seluruhnya. Mempunyai kekentalan 1,7 – 2,2 kali air. Masa jenis antara 1,025 – 1,034. Adapun zat-zat yang terdapat pada plasma darah adalah air,  protein, garam-garam mineral, sari makanan, enzim, hormone, dan sisa-sisa metabolism.

c.       Benda-benda darah
Benda darah atau sel-sel darah adalah sel yang hidup dan berjumlah sekitar 45% dari volume darah seluruhnya. Sel-sel darah terdiri atas  sel darah merah (eritrosit), sel darah putih lekosit), dan sel pembeku darah (trombosit). Masing-masing mempunyai fungsi khusus. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen  sedangkan sel darah putih  mempunyai fungsi untuk pertahanan tubuh dari kuman penyakit dan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Sel darah pembeku atau keping-keping darah mempunyai peran di dalam proses pembekuan darah.

1.      Sel Darah Merah
Pada waktu embrio sel darah merah dibuat terutama pada hati tetapi dibuat juga pada limpa dan kelenjar getah bening. Kemudian pada periode hampir lahir dan setelah dilahirkan sel darah merah dibuat di sumsum merah pada tulang.
Jumlah sel darah merah pada manusia berbeda-beda.   Pada wanita jumlahnya lebih sedikit (4,5 juta/mm3) dibandingkan pria (5 juta/mm3). Pada manusia yang hidup di daerah yang tinggi eritrosit dan   hemoglobinnya akan naik karena di daerah tinggi (pegunungan tinggi) memiliki kadar oksigen yang sedikit.
Sel darah merah berbentuk pipih, cekung (bikonkaf), dan tidak mempunyai inti.  Umur sel darah merah sekitar  90 – 120 hari. Jika eritrosit sudah tua, selaput selnya menjadi rapuh dan pada waktu melalui pembuluh kapiler eritrosit pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Selanjutnya hemoglobin dirombak menjadi zat warna empedu (bilirubin) dan zat besi serta zat lainnyayang akan digunakan kembali untuk membentuk sel darah merah yang baru. Proses perombakan sel darah merah ini berlangsung di dalam hati dan limpa. 
Hemoglobin selain pada darah terdapat pula pada otot rangka dan otot jantung dan biasa disebut mioglobin. Mioglobin pada otot manusia dapat mangikat O2 sebanyak 14% dari seluruh oksigen pada darah. Oksigen tersebut diambil dari darah sewaktu mengalir malalui otot. 

1.      Sel-sel darah putih (leukosit)
Sel darah putih jumlahnya kira-kira antara 6.000 – 8.000 per mm3 darah. Disebut lekosit atau sel darah putih karena tidak mempunyai pigmen (zat warna). Sel darah putih memiliki bentuk yang tidak tetap, memiliki inti, dapat bergerak secara amoeboid, dan dapat menembus dinding pembuluh darah. Pada keadaan tidak normal sel darah putih bisa berkurag disebut lekopenia dan bisa bertambah banyak disebut lekemia. Sel darah putih mempunyai fungsi untuk alat pertahanan tubuh dengan tiga cara yaitu: 1. Fagositosis, 2. Menghasilkan antibodi, dan 3. Menghancurkan atau menetralan toksin (detoksifikasi).
Sel darah putih dapat digolongkan dilihat dari ada atau tidak adanya butir-butir (granul) pada sitoplasma dilihat dengan pewarnaan tertentu. Neutrofil, eosinofil, dan basofil termasuk ke dalam sel darah putih granulosit (sel darah putih yang bergranula) sedangkan monosit dan limfosit termasuk ke dalam sel darah putih agranulosit (sel darah putih yang tidak bergranula). 


a.       Neutrofil
Netrofil pada darah manusia mempunyai jumlah yang terbesar kira-kira 60 – 70% dari seluruh sel darah putih. Butir-butir pada sitoplasma zat warna netral (tidak asam dan tidak basa). Intinya mempunyai beberapa lobus. Mempunyai gerakan seperti amoeba dan sifatnya fagositosis. Bakteri atau benda-benda asing lainnya dihancurkan dengan dicerna secara intrasel. Jika ada infeksi jumlahnya bertambah banyak. Diameternya kira-kira 12 – 15µ.
b.       Eosinofil
Jumlahnya diperkirakan antara 1 – 4%. Diameternya antara 10 - 15µ. Biasanya lebih kecil dari pada netrofil. Fungsinya ialah menghancurkan dan detoksifikasi dari toksin. Intinya mempunyai 2 lobus, menyerap zat warna dan sifatnya asam. Dengan eosin butir-butir pada sitoplasma kelihatan berwarna merah muda.
c.        Basofil
Jumlahnya antara 0 – 1% dari seluruh sel darah putih. Diameternya sekitar 12µ. Intina umumnya mempunyai bentuk seperti huruf S. Diperkirakan basofil menghasilkan antikoagulan (heparin). Butir-butir (granul) pada sitoplasma menyerap zat warna yang bersifat basa dan berwarna biru.
d.       Monosit
Jumlahnya kira-kira 4 – 8% dari seluruh sel darah putih. Diameternya antara 15 - 20µ. Inti bentuknya seperti tapal kuda atau bentuk ginjal. Monosit bersifat fagositosis yang kuat. Jumlah sitoplasmanya lebih besar dari intinya.

e.        Limfosist
Jumlahnya kira-kira 20 – 30% dari seluruh sel darah putih. Diameternya berkisar antara 8 - 16µ. Intinya besar bundar atau seperti bentuk ginjal. Sitoplasmanya lebih kecil dari pada intinya. Fungsinya ialah untuk menghasilkan antibodi. Ada dua macam limfosit yaitu yang berukuran kecil dan yang berukuran besar.
1.       Sel pembeku darah (trombosit)
Trombosit tidak mempunyai inti dengan garis tengah 2 - 5µ lebih kecil ukurannya dari sel darah merah dan sel darah putih, bentuknya seperti cakram. Dibuat pada sumsum merah. Pada manusia jumlahnya berkisar antara 200.000 – 400.000 /mm3. Dapat hidup 2 – 3 hari.
Trombosit akan mudah pecah jika berhubungan dengan udara atau bergesekan dengan permukaan kasar. Fungsinya sangat penting yaitu dalam pembekuan darah dan mempersempit pembuluh darah karena trombosit dapat mengeluarkan serotoxin pada pembekuan darah.
Jika terjadi luka, maka trombosit pecah karena menyentuh permukaan yang kasar, dan mengeluarkan enzim yang disebut tromboplastin atau trombokinase,  dengan bantuan ion Ca++ dan vitamin K mengubah protrombin menjadi thrombin. Selanjutnya thrombin mengubah fibrinogen menjadi fibrin yaitu benang-benang halus untuk membekukan darah.
a.       Golongan darah
Sistem penggolongan darah manusia pertama kali dikemukakan oleh Karl Landsteiner (1900).  Darah manusia digolongkan menjadi  empat golongan darah berdasarkan ada tidaknya aglutinogen atau antigen, yaitu golongan  darah A, B, AB, dan O.
Selain aglutinogen, terdapat juga aglutinin  yang terdapat di dalam plasma darah. Aglutinin terdiri dari aglutinin α dan aglutinin β.
a. Apabila seseorang bergolongan darah A, artinya pada sel darah merahnya (eritrosit) terdapat antigen atau aglutinogen A  dan pada plasma darahnya terdapat antibodi atau aglutinin β atau anti B.
b. Apabila seseorang bergolongan darah B, artinya pada sel darah merahnya (eritrosit) terdapat antigen atau aglutinogen B  dan pada plasma darahnya terdapat antibodi atau aglutinin α atau anti A.
c. Apabila seseorang bergolongan darah AB, artinya pada sel darah merahnya (eritrosit)  terdapat antigen atau aglutinogen AB  dan pada plasma darahnya tidak terdapat antibodi atau aglutinin.
d. Apabila seseorang bergolongan darah O, artinya pada sel darah merahnya (eritrosit) tidak terdapat antigen atau aglutinin dan pada plasma darahnya terdapat antigen atau aglutinin α dan β atau anti A dan anti B.
Dalam proses transfusi darah, keberadaan aglutinogen dan aglutinin ini memegang peranan yang sangat penting karena   apabila aglutinin α bertemu dengan aglutinogen A dan aglutinin  β bertemu dengan aglutinogen B maka akan terjadi penggumpalan darah (aglutinasi).
Golongan darah O dapat ditransfusikan ke semua golongan darah, karena itu golongan darah O disebut donor universal. Golongan darah AB dapat menerima darah dari semua golongan darah, karena itu disebut resipien universal. Pada praktiknya, transfusi darah biasanya dipakai golongan darah yang sama.
Golongan darah A, B, O terdapat pula pada bangsa kera. Misalnya kera Jawa (Maccacus) mempunyai golongan A, B, AB, dan O, meskipun demikian darah kera tidak dapat dipakai untuk transfusi darah pada manusia. 




Faktor Rhesus
Selain golongan darah sistem ABO, terdapat juga penggolongan darah berdasarkan Faktor Rhesus (Rh),  yaitu satu antigen (aglutinogen) yang terdapat pada sel darah merah manusia dan kera rhesus. Jika seseorang mempunyai antigen  faktor Rh pada sel darah merahnya maka orang tersebut ber- Rh+ (rhesus positif), dan jika tidak punya antigen faktor Rh pada sel darah merahnya maka orang tersebut ber- Rh- (rhesus negatif).
Pada proses transfusi darah,  jika  seseorang yang ber-Rh - ditransfusi oleh darah  yang ber-Rh+, maka pada orang tersebut  akan dibentuk antibodi karena Rh+ itu merupakan antigen. Jika orang tersebut ditransfusi untuk kedua kalinya dengan darah orang yang ber-Rh+ lagi,  maka akan terjadi penggumpalan darah karena   antibodi yang telah ada akan bereaksi dengan antigen Rh+.

lanjutkan ke a.       Fungsi darah
    

Posting Komentar

Ayo kita ciptakan link blog yang banyak dengan berkomentar gan. !!!

 
Copyright © 2011-2016 Cumacup - Blogger Indramayu
Thanks To Themeforest Powered by Blogger

Powered by Kang Asung