Oleh. Asung Surnakim, S.Pd
Salah satu jenis usaha entrepreneur muda Aceh
Salah satu jenis usaha entrepreneur muda Aceh
Aceh pasca tsunami dan konflik berkepanjangan kini mulai berbenah diri dari
segala segi. Roda ekonomi kembali berdenyut ditandai dengan bermunculan
berbagai jenis bisnis baru baik besar atau kecil yang tentunya memberikan
efek secara langsung terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh secara
keseluruhan. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kehadiran lembaga-lembaga
internesinal pasca tsunami telah mendatang uang yang berlimpah ke Aceh
ditamnbah lagi pembentukan BRR dan disusul BRA yang tentunya juga mendatang rupiah
yang tak sedikit ke bumi Serambi Mekkah.
Pemuda-pemudi Aceh yang bekerja
sekian lama pada lembaga-lembaga internasional di Aceh dengan gaji
besar tentunya telah memikirkan jauh-jauh hari apabila suatu saat lembaga-lembaga
tersebut sudah angkat kaki dari bumi nanggroe yang tentunya semakin sulit
untuk mencari kerja, hal ini telah terbukti saat ini dimana hanya beberapa
lembaga besar saja yang masih tinggal di Aceh. Hal ini tentunya berdampak luas terhadap
angka penganguran di Aceh ditambah lagi kembalinya pemuda-pemudi Aceh dari
luar negeri yang disebabkan tidak diperpanjangnya masa tinggal di negeri
jiran bagi masyarakat Aceh pemegang kartu tsunami.
Satu hal yang menarik saat ini, kita
bisa melihat jenis bisnis baru yang hadir di kota Banda Aceh, mulai
dari menjamurnya usaha bisnis pulsa, cafe sampai dengan parfum isi ulang.
Pelaku bisnis ini adalah para pemuda Aceh yang kebanyakan pernah bekerja
pada lembaga internasional di Aceh dan mereka yang baru kembali dari perauntaun
namun juga tidak sedikit mereka yang tidak berlatar belakang sebagai pekerja
NGO atau perantau di negeri seberang.
Jenis bisnis baru ini yang beragam
tapi banyak yang sama atau mencontohkan ide, apakah pemuda Aceh
kehabisan ide? ntah… Saya kadang berpikir dengan jenis bisnis ini, apakah
secara ekonomi dapat menggerakkkan roda ekonomi Aceh? Coba kita lihat
secara matematis, hampir semua bisnis ini menggunakan produk dari luar
Aceh bahkan dari luar negeri, dengan demikian bayangkan berapa jumlah uang
yang mengalir keluar Aceh oleh sebab bisnis ini, apakah ini yang disebut
dengan ekonomi? saya tidak paham.
Saya kadang beripikir kanapa tidak,
pemuda Aceh dengan kawan-kawan mereka sendiri menggabungkan modal
mereka untuk membangun sebuah usaha yang menghasilkan produk, seperti
usaha makanan ringan yang selama ini didatangkan dari propinsi tetangga.
Hasil pertanian yang melimpah di Aceh bisa menjadi bahan baku
yang tentunya akan mendongkrak perekonomian masyarakat desa. Transaksi
bisnis selama ini benyak dilakukan di kota, padahal pusat produksi berada
didesa. Seorang petani akan tetap miskin dan para tokenya akan kaya,
inilah bisnis kapitalis yang tidak adil.
Untuk mendapatkan kredit dari bank
sangat sulit diberiakn kepada kaum muda Aceh karena bank menetapkan
aturan yang sulit dipenuhi oleh kaum muda, seperti harus adanya jaminan
yang tentunya tidak dimiliki olek kaum muda, kalau saja mereka punya
jaminan berupa tanah atau apalah tentunya mereka tidak perlu meminjamkan uang
ke bank sebagai modal usaha. sekali lagi bisnis kapitalis selalu
memenangkan orang-orang yang berduet. Bank memang serba salah dalam hal
ini, karena para pelaku usaha sering tidak jujur, banyak kasus kredit macet
yang memaksa bank membuat aturan seperti ini tentunya.
Satu Toko
memborong berbagai macam jenis usaha. Faktor mahal sewa toko yang memicu hal
ini
Pemerintah Aceh yang leawat Bank
Pembangunan Daerah (BPD) juga tidak berani mengucurkan kredit
kapada Entrepreneur Muda Aceh, meraka lebih senang bermain pada kredit low
risk, seperti kredit untuk PNS yang tentunya ini tidak akan bisa
menggerakakan roda ekonomi secara signifikan. Seandainya saja Pemerintah
Aceh menempatkan dananya di salah satu bank sebagai garansi terhadap
kredit yang dimabil oleh Entrepreneur Muda Aceh, tentunya Bank akan bisa
memberikan kredit dengan mudah. Dalam hal ini pemerintah bukan memberikan
modal kepada bank, tapi menempatkan sejumlah uang sebagai jaminan apabila
nantinya Entrepreneur Muda Aceh benar-benar tidak bisa lagi menjalankan
kewajibannya.
Hal ini tentunya tidak mudah dilakukan,
tapi kalau Pemerintah punya keinginan pasti bisa dilaksanakan, dengan
membentuk lembaga khusus menangani masalah Entrepreneur Muda Aceh. Lembaga
inilah yang menentukan layak atau tidaknya para Entrepreneur Muda Aceh
tersebut diberikan kredit setelah mereka mamaparkan proposal usaha mereka.
Lembaga ini juga harus diisi oleh orang yang benar-benar jujur, kalau
diperlukan tempatkan saja orang asing (bule) disitu sehingga praktek KKN
bisa diminimilisir dan resiko terhadap kredit macet dapat ditekan.
Pemerintah Aceh baik Eksekutif
maupun Legislatif dengan APBD nya yang begitu besar mungkin tidak pernah
berpikir akan hal ini, mereka lebih senang dengan dana SILPA yang besar dan
dikembalikan ke kas Negara, Mereka lebih suka mengundang investor asing untuk
berinfestasi yang belum tentu mau mengucurkan dananya, Meraka tidak sadar kalau
para Entrepreneur Muda Aceh bisa membantu pemerintah untuk mengurangi tingkat
pengangguran yang tentunya akan membawa kesejahteraan bagi rakyat, ya…. karena
meraka hanya berpikir kesejehteraan diri dan kelompoknya. Mereka perlu sama
rakyat khan pada saat pemilu saja, setelah itu Wallahualam…..
Popularity: 7%
Posting Komentar
Ayo kita ciptakan link blog yang banyak dengan berkomentar gan. !!!